Minggu, 30 Mei 2010

Ibu

Ketika sebuah ucapan untuk seorang ibu harus disampaikan, aku hanya bisa mengucapkan “terima kasih ibu, terima kasih ibu, dan terima kasih ibu”. Terima kasihku tak pernah putus kepada ibu. Rasa syukur kepada Allah yang tak terhingga karena aku terlahir dari rahim ibu yang memiliki hati seperti emas.

Ibuku pernah bercerita kepadaku tentang aku yang dulu yang masih kecil dan cerita itu selalu membuatku terharu betapa kasih sayang ibu kepada anaknya yang tak pernah putus. Saat aku masih kecil, aku tidak sekuat sekarang, karena tiga bulan setelah lahir, aku terkena hernia, yaitu terjadinya gangguan di saluran kencing yang tersumbat. Mungkin aku tidak sadar saai itu, karena usiaku masih 3 bulan. Ibuku dengan sabar merawat, mengantarku ke dokter, bahkan ibu merelakan waktu istirahat untuk tidak tidur hanya demi aku yang saat itu masih polos tidak tahu apa-apa, Aku menangis ter-infus dan disuntik mungkin sehari bisa tiga kali. Ibuku bisa menenangkanku hingga aku tertidur pulas menghilangkan rasa sakit akibat suntikan. Aku menangis ketika rasa sakit itu muncul, dan tetesan air mata seorang ibu itu pun keluar dengan sendirinya seiring dengan kontak batin yang begitu kuat antara aku dan ibu. Jika aku sadar saat itu, aku ingin menghapus air mata ibu, ingin menyuruh ibu untuk istirahat, dan tidak ingin ibu merasa capek hanya karena aku. Begitulah yang aku lontarkan ketika ibu bercerita, ibuku sontak langsung menjawab, “Itu tidak mungkin, Ibu pasti menolak permintaan kamu karena seorang ibu tidak mau jauh dari anaknya apalagi dia sedang sakit, hanya ibu yang bodoh yang melakukan hal itu”. Aku langsung memeluk Ibu, “terima kasih ibu”, harta yang paling berharga untuk aku adalah Ibu.

0 komentar:


Blogspot Template by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by ArchitecturesDesign.Com Beautiful Architecture Homes